Sejarah Kerajaan Sriwijaya Terlengkap! + Letak – Sumber – Prasasti
Selasa, 09 Oktober 2018
Tambah Komentar
KERAJAAN SRIWIJAYA
– yang biasa juga disebut dengan kerajaan Srivijaya ini merupakan
kerajaan yang kuat di pulau Sumatera. Kerajaan ini sangatlah berpengaruh
besar bagi Nusantara.
Wilayah kekuasaan kerajaan
Sriwijaya membentang dari Kamboja, Thailand, Semenanjung Malaya,
Sumatera, Jawa, Sulawesi dan Kalimantan.
Pengertia Sriwijaya bisa
dijelaskan dalam bahasa sansekerta. Arti Sriwijaya dalam bahasa
Sansekerta, “sri” artinya “bercahaya” adapun “wijaya” artinya
“kemenangan”.
Mengenai bukti awal
keberadaan kerajaan Sriwijaya ini berawal dari abad ke-7. Seorang
pendeta yang bernama I Tsing menuliskan dalam sebuah buku bahwa ia
pernah tinggal selama 6 bulan di saat ia berkunjung ke Sriwijaya di
tahun 671.
Begitu juga prasasti yang
tertua mengenai kerajaan Sriwijaya ini berada pada abad ke-7, di
Palembang yaitu prasasti Kedukan Bukit, pada tahun 682.
Selama berjalannya waktu,
pengaruh yang diberikan Kerajaan Sriwijaya semakin berkurang yang
disebabkan adanya beberapa peperangan yang terjadi. Antara lain perang
menghadapi serangan yang datang dari Raja Dharmawangsa Teguh di tahun
990 dari Jawa.
Selain itu juga terdapat
serangan yang datang dari Rajendra Chola dari Koromandel di tahun 1025.
Pada akhirnya di tahun 1183, kerajaan Sriwijaya yang sangat luas dan
kuat tersebut berada di bawah kendali kerajaan Dharmasraya.
Setelah keruntuhan kerajaan
Sriwijaya, kerajaan ini tak diketahui dan terlupakan sampai tahun 1918
yang diketahui kembali secara resmi oleh sejarawan yang bernama George
Cœdès dari Perancis.
Sumber Sejarah Kerajaan Sriwijaya
Kumpulansurat.web.id |
Tidak didapatkan catatan
lebih lanjut tentang Kerajaan Sriwijaya didirikan oleh siapa dalam
sejarah yang tercatat di Indonesia. Yang mana hal ini sudah terlupakan
dan dibentuk kembali oleh sarjana asing.
Karena itu, tidak ada orang
Indonesia yang mendengar mengenai sejarah Sriwijaya lengkap sampai tahun
1920-an, sebab George Cœdès mempublikasikan penemuannya.
Kemudian Coedès menyatakan
bahwa referensi Tiongkok dalam “San-fo-ts’i”, sebelumnya dibaca
“Sribhoja”, dan beberapa prasasti dalam Melayu Kuno bersumber pada
kekaisaran yang sama.
Kerajaan Sriwijaya merupakan
salah satu kerajaan besar Nusantara yang terletak di Jawa Timur setelah
kerajaan Majapahit serta menjadi icon kebesaran Sumatera awal.
Di abad ke-20, kaum
nasionalis menjadikan kedua kerajaan tersebut sebagai rujukan untuk
membuktikan ke seluruh dunia bahwa Indonesia adalah negara satu kesatuan
sebelum kolonialisme Belanda.
Sriwijaya memiliki berbagai
macam nama di berbagai negara lain. Sebagaimana Orang Tionghoa menyebut
Sriwijaya dengan San-fo-ts’i Shih-li-fo-shih atau dengan San Fo Qi.
Adapun dalam bahasa Pali dan
Sansekerta, Sriwijaya disebut dengan Javadeh dan Yavadesh. Khmer,
Malayu dan bangsa Arab menyebutnya dengan Zabaj.
Dengan banyaknya nama dari
Sriwijaya ini menjadi salah satu alasan lain mengapa Sriwijaya sangat
sulit dicari dan ditemukan. Adapun yang didapatkan dari peta Ptolemaeus
ditemukan keterangan bahwa terdapat 3 pulau Sabadeibei yang kemungkinan
ada sangkutannya dengan Sriwijaya.
Sekitar tahun 1993,
Pierre-Yves Manguin melakukan observasi, kemudian menuturkan bahwa pusat
Kerajaan Sriwijaya yang tak ada kabar selama ini terletak di Sungai
Musi antara Bukit Sabokingking dan Seguntang (daerah provinsi Sumatera
Selatan sekarang).
Namun, Soekmono sebelumnya
berpendapat bahwa pusat Kerajaan Sriwijaya terletak di wilayah sehiliran
Batang Hari, yaitu antara Muara Sabak sampai Muara Tembesi (di provinsi
Jambi sekarang ini), dengan catatan Malayu tidak di wilayah tersebut.
Kalaupun Malayu pada wilayah
tersebut, maka ia lebih cenderung tepat dengan pendapat Moens. Yang
mana sebelumnya ia juga telah memaparkan pendapat bahwa wilayah kerajaan
Sriwijaya terletak di Candi Muara Takus (di provinsi Riau sekarang
ini).
Adapun sumber sejarah
sriwijaya yang terdapat dalam catatan I Tsing, dengan perkiraan petunjuk
arah perjalanan. Serta hal ini juga bisa dikaitkan dengan adanya berita
mengenai pembangunan candi.
Candi ini dipersembahkan
oleh Raja Sriwijaya (Se li chu la wu ni fu ma tian hwa atau Sri
Cudamaniwarmadewa) di tahun 1003 yang diberikan kepada kaisar Cina yang
diberi nama cheng tien wan shou (Candi Bungsu, sebagian dari candi yang
berada di Muara Takus).
Yang pasti dan lebih tepat
berdasarkan prasasti Tanjor, bahwa semua itu terjadi di masa penaklukan
oleh Rajendra Chola I. Dan sekarang ini Sriwijaya sudah beribukota di
daerah Kadaram (sekarang daerah Kedah). Itulah sumber sumber sejarah
kerajaan sriwijaya yang diketahui sampai saat ini.
Daerah Letak Geografis Kerajaan Sriwijaya
Artimimpiku.web.id |
Dilihat dari letak
geografisnya, lokasi kerajaan Sriwijaya di Pelembang termasuk daerah
yang sangat strategis. Apalagi dengan adanya sungai Musi yang menyatukan
berbagai daerah dipedalaman Pulau Sumatra.
Selain itu, di hadapan muara
sungai Musi terdapat pulau-pulau yang menjadi benteng alami. Oleh
karena itu, lokasi tersebut sangat cocok dijadikan tempat pemerintahan
sekaligus benteng pertahanan.
Pantai bagian timur Sumatra
adalah jalur yang sering dilewati kapal-kapal internasional hingga
sekarang. Ketika kerajaan Funan berhasil runtuh oleh Kamboja, Sriwijaya
mengambil kesempatan sehingga bisa berkembang cepat menjadi negara
Maritim.
Penduduk Sriwijaya mempunyai
berbagai keahlian sehingga Perkembangan Sriwijaya bisa cepat. Seperti
berlayar dan berdagang. Saat inilah dimulai kejayaan kerajaan Sriwijaya.
Bahkan, dalam prasasti Kota
Kapur, tertulis jika Kerajaan Sriwijaya pernah mencoba menginvasi daerah
Jawa yang membelot kepada Sriwijaya.
Prasasti Peninggalan Kerajaan Sriwijaya
Budayanusantara.web.id |
Walaupun pusat letak
kerajaan Sriwijaya secara pastinya sulit untuk dibuktikan. Namun, dengan
adanya peninggalan dan pengaruhnya, sudah menjadikan bukti adanya
sriwijaya.
Hal ini telah dibuktikan
dari beberapa prasasti peninggalan Kerajaan Sriwijaya yang berisi
berbagai macam informasi mengenai Sriwijaya.
1. Prasasti Talang Tuo
Prasasti Talang Tuo
merupakan salah satu prasasti peninggalan kerajaan Sriwijaya yang
berhasil ditemukan di kota Palembang bagian barat, tepatnya di daerah
Talang Tuo. Prasasti Sriwijaya ini memiliki 14 baris kalimat yang
ditulis dengan huruf Pallawa dan menggunakan bahasa Melayu.
Isi prasasti kerajaan
Sriwijaya ini mengenai pembuatan taman atau kebun yang bertujuan untuk
memakmurkan semua makhluk. Selain itu, terdapat juga doa dan harapan
yang berasal dari agama Hindu.
2. Prasasti Kedukan Bukit
Prasasti peninggalan
kerajaan Sriwijaya ini ditemukan di tepian sungai Talang, sekitar
Palembang. Peninggalan Sriwijaya ini berisi tentang seorang yang bernama
Dapunta Hyang.
Dapunta Hyang sedang
mengadakan perjalanan suci menggunakan perahu. Ia berangkat dari daerah
Minangatamwan sambil membawa prajurit sebanyak 20.000 orang.
3. Prasasti Kota Kapur
Prasasti Kota Kapur adalah
prasasti kerajaan Sriwijaya yang berhasil ditemukan di daerah Pulau
Bangka. Prasasti Kerajaan Sriwijaya ini berisi doa kepada para dewa agar
selalu menjaga kesatuan Sriwijaya dan mengutuk setiap orang yang ingin
berbuat jahat.
4. Prasasti Telaga Batu
Di wilayah Telaga Batu,
dekat Palembang berhasil ditemukan sebuah prasasti peninggalan kerajaan
Sriwijaya yang memiliki huruf Pallawa dan berbahasa melayu kuno.
Prasasti Sriwijaya ini berisi kutukan-kutukan mengerikan yang akan jatuh
kepada orang yang berbuat jahat.
5. Prasasti Karang Berahi
Prasasti Karang Berahi ini
ditemukan di daerah Jambi. Isi dari prasasti peninggalan Sriwijaya ini
tidak jauh berbeda dengan isi Prasasti Kota Kapur.
Selain prasasti peninggalan
kerajaan Sriwijaya di atas, masih ada beberapa prasasti kerajaan
Sriwijaya lainnya. Seperti Prasasti Ligor yang berhasil ditemukan di
daerah Ligor, Semenanjung Melayu. Dan prasasti Nalanda yagn berhasil
ditemukan di wilayah Nalanda, India Timur.
Pembentukan dan Pertumbuhan Sriwijaya
Cintaindonesia.web.id |
Dalam pembahasan mengenai
tempat pusat dari Sriwijaya masih saja diperdebatkan. Sehingga masih
belum ada bukti yang kuat mengenai letak pusat kerajaan tersebut.
Sriwijaya merupakan pusat
perdagangan serta menjadi negara bahari saat itu. Namun, kerajaan
Sriwijaya tak memperluas kekuasaannya di luar Asia Tenggara sama sekali.
Melainkan, Sriwijaya
berkontribusi untuk populasi Madagaskar sejauh 3.3oo mil di bagian
barat. Dengan masih diperbincangkannya dan didebatkannya letak pusat
Sriwijaya.
Bisa saja kerajaan ini biasa
memindahkan pusat kepemerintahannya. Akan tetapi penguasa tatap
memerintah secara langsung bahwa kawasan menjadi Ibukota dan daerah
sekitar diperintah oleh datu setempat
Berdasarkan yang terdapat
pada catatan I Tsing, Kerajaan Sriwijaya sudah ada sejak tahun 671, dan
pada tahun 682 dari prasasti Kedukan Bukit di diketahui imperium ini di
bawah kepemimpinan Dapunta Hyang.
Orang-orang Tionghoa
mencatat bahwa ada dua kerajaan di abad ke-7 ini, yaitu Kerajaan Kedah
dan Kerajaan Malayu yang mana keduanya menjadi bagian dari kekuasaan
Sriwijaya.
Daerah bagian selatan
Sumatera di pulau Bangka sudah dikuasai oleh Sriwijaya di tahun 686
sebagaimana yang terdapat pada prasasti Kota Kapur. kekuasaan tersebut
meliputi pulau Banga maupun Belitung hingga Lampung.
Prasasti ini juga menyatakan
bahwa Sri Jayanasa telah menyelesaikan petualangan militer untuk
menghukum Bumi Jawa yang mana tidak mau berbakti kepada Sriwijaya.
Kejadian ini bertepatan
dengan hancur dan runtuhnya Kerajaan Holing (Kalingga) di Jawa Tengah
dan Tarumanagara yang terletak di Jawa Barat. Kemungkinan besar
runtuhnya kerajaan tersebut akibat diserang oleh Sriwijaya.
Kerajaan Sriwijaya tumbuh
dan mampu mengendalikan jalur perdagangan maritim yang berada di Selat
Sunda, Selat Malaka, Laut Jawa, Laut China Selatan serta Selat Karimata.
Oleh karena itu ,ekspansi
kerajaan ini yang menuju ke Semenanjung Malaya dan Jawa, menjadikan
Sriwijaya mengontrol dua pusat perdagangan di Asia Tenggara.
Menurut survei yang telah
dilaksanakan, ditemukan sebuah reruntuhan candi Kerajaan Sriwijaya di
negara Thailand dan Kamboja. Dan di adab ke-7, pelabuhan Cham yang
berada di sebelah timur Indochina mulai melakukan banyak pengalihan
pedagang dari Sriwijaya.
Setelah itu, supaya pengalihan tersebut gagal, Maharaja Dharmasetu meluncurkan serangan ke sejumlah kota pantai di Indochina.
Pada awal abad ke-8, Kota
Indrapura yang terletak di wilayah tepi sungai Mekong berada di bawah
kekuasaan Sriwijaya. Sriwijaya masih melanjutkan dominasinya atas
Kamboja, sampai pendiri imperium Khmer, raja Khmer Jayawarman II, pada
abad yang sama memutuskan hubungan dengan Sriwijaya.
Pada akhir-akhir abad ke-8,
terdapat beberapa kerajaan yang berada di Jawa menjadi k ekuasaan
Sriwijaya (di bawah kendali mereka) antara lain kerajaan Tarumanegara
dan kerajaan Holing. Dan pada masa ini pula wangsa Sailendra berpindah
menuju Jawa Tengah dan berkuasa di sana.
Di akhir abad ke-8 inilah,
Langkasuka menjadi dari bagian kerajaan di semenanjung Melayu. Dan di
masa berikutnya, Pan Pan dan Trambralinga yang berada di sebelah utara
Langkasuka, juga di bawah pengaruh Sriwijaya.
Setelah Dharmasetu, yang
menjadi pemegang kerajaan ialah Samaratungga. Penguasaanya di mulai dari
tahun 792 sampai tahun 835. Tidak seperti Dharmasetu yang ekspansionis,
Samaratungga tidak melakukan ekspansi militer. Namun, ia lebih memilih
untuk memperkuat kekuasaan yang dimiliki Sriwijaya di Jawa.
Selama berjalan dengan masa
kepengurusannya, Raja Samaratungga membangun candi Borobudur di Jawa
Tengah yang pembangunannya selesai di tahun 825.
Silsilah Kerajaan Sriwijaya
Penguasa Sriwijaya biasa
dipanggil Maharaja atau juga Dapunta Hyang. Dalam silsilah raja
sriwijaya secara berurutan mulai dari yuvarāja atau putra mahkota,
pratiyuvarāja atau putra mahkota kedua dan rājakumāra atau pewaris
berikutnya.
Selain silisilah kerajaan
seperti di atas. Masih ada Prasasti Telaga Batu yang banyak menjelaskan
jenis-jenis pemimpin kerajaan sriwijaya dalam organisasi pemerintahan,
seperti gubernur dan tuan tanah.
Agama dan Budaya Kerajaan Sriwijaya
Ilmupedia.web.id |
Agama Buddha Vajrayana
menjadi pusat pengajaran, yang mana Sriwijaya telah menarik banyak
peziarah maupun sarjana dari sejumlah negara di Asia.
Antara lain adalah seorang
pendeta dari Tiongkok yang bernama I Tsing. Ia berkunjung ke Sumatera,
dalam perjalanan belajarnya di Universitas Nalanda, India, di tahun 671
dan 695.
I Tsing memberitahukan bahwa
Sriwijaya menjadi rumah bagi sarjana Buddha sehingga tempat tersebut
menjadi sebuah pusat pembelajaran agama Buddha.
Pelancong yang datang ke
pulau ini memaparkan bahwa koin emas sudah dipergunakan di pesisir
kerajaan. Selain itu, ajaran Buddha Hinayana dan Buddha Mahayana juga
ikut berkembang di Sriwijaya.
Budaya Kerajaan Sriwijaya
banyak dipengaruhi oleh Budaya India. Yang berawal oleh budaya Hindu,
setelah itu diikuti pula oleh agama Buddha. Jadi bisa dikatakan, agama
kerajaan Sriwijaya adalah Hindu Budha
Para Raja Sriwijaya mampu
menguasai kepulauan Melayu melalui perdagangan serta penaklukkan dari
abad ke-7 hingga abad ke-9. Sehingga, secara tidak langsung Sriwijaya
ikut serta dalam mengembangkan kebudayaan Melayu beserta bahasanya di
Nusantara.
Dikarenakan sangat
terkenalnya Sriwijaya dengan pusat bandar perdagangan di seluruh Asia
Tenggara. Sangat menarik perhatian para pedagang dan para Ulama’ muslim
Timur Tengah.
Sehingga, wilayah dan bagian
kerajaan yang sebenarnya milik mereka, malah tumbuh cikal-bakal
kerajaan-kerajaan Islam di Sumatera kelak.
Terdapat sumber yang
menyatakan, dikarenakan adanya pengaruh dari orang muslim Arab yang
banyak berdatangan di Sriwijaya, maka pada tahun 718 Sri Indrawarman
Raja Sriwijaya memeluk Agama Islam.
Sehingga sangat
kehidupan sosial Sriwijaya ialah masyarakat sosial yang di dalamnya
terdapat masyarakat yang beragama Islam dan Budha sekaligus.
Bahkan tercatat sudah
beberapa kali kerajaan Sriwijaya mengirimkan surat ke khalifah Islam di
Suriah. Salah satu teks surat yang dikirim berisi permintaan agar
khalifah sudi mengirimkan da’i ke istana Sriwijaya, surat itu ditujukan
kepada khalifah Umar bin Abdul Aziz (717-720M).
Itulah informasi
seputar kerajaan sriwijaya / sumber sejarah kerajaan sriwijaya / sejarah
kerajaan sriwijaya / letak kerajaan sriwijaya / peninggalan kerajaan
sriwijaya / pendiri kerajaan sriwijaya / prasasti kerajaan sriwijaya.
Belum ada Komentar untuk "Sejarah Kerajaan Sriwijaya Terlengkap! + Letak – Sumber – Prasasti"
Posting Komentar